Tak Dapat Sentuhan Dari Pemerintah, PKL Janda Anak Dua Menjerit

oleh -38 Dilihat
oleh

Serang, – Yuli (39) seorang janda anak dua Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar stadion Maulana Yusuf Kota Serang menjerit dengan kebijakan pemerintah yang memperketat jam operasionalnya.

Bahkan ia juga kerap merasa risih ketika menjelang jam penutupan operasional tiba, banyak petugas gabungan dari Satpol-PP, TNI dan Polri yang memberikan himbauan kepada pedagang untuk segera membubarkan lapaknya.

“Takut aja pak, kalau sampai membubarkan secara paksa mah engga, tapi sayanya jadi risih sendiri. Makanya setiap ada himbauan itu, saya langsung bergegas beres-beres,” ceritanya, Rabu (28/7/2021).

Yuli mengaku adanya pengetatan jam operasional ini sangat menyusahkan, meskipun ia kerap sudah mulai buka sejak pukul 09.00 WIB sampai 21.00 WIB.

“Tapi karena kebijakan itu, pembeli yang datang juga sepi jadinya. Sehingga dalam sehari ia hanya mampu mendapatkan penghasilan hanya Rp10.000-20.000 saja,” ujarnya.

Uang hasil jualan itu, tambahnya, hanya cukup untuk ongkos pulang pergi ke rumahnya di Bumi Agung Permai (BAP). Bahkan, lanjut Yuli, tidak jarang pula dagangannya tidak ada yang membeli dama sekali dalam sehari.

“Ia mas, jadi seharian di sini saya diem aja kalau lagi sepi mah. Pas pulang nyampe rumah juga kadang saya nangis sendiri,” imbuhnya.

Yuli mulai berjualan minuman ringan dan jagung rebus sejak tahun 2002 di alun-alun Serang bersama suaminya. Namun setelah lima tahun kemudian ia menjanda, Yuli harus banting tulang untuk menghidupkan kedua anaknya dan berpindah jualan ke stadion ini.

“Dalam waktu normal sebelum Covid-19, sehari itu bisa mencapai Rp150.000, sudah cukup untuk menghidupi kedua anak-anak,” ungkapnya.

Di tengah jeritan kesusahan yang dialami Yuli, ia juga mengaku tidak pernah mendapatkan ‘sentuhan’ bantuan apapun dari pemerintah.

“Belum pernah dapet pak, sekalipun belum pernah,” pungkasnya.(loet)