SERANG – Pengamat yang juga merupakan akademisi Untirta Serang Tubagus Ismail mengingatkan kepada direksi Bank Banten agar tidak mempermudah memberikan hutang kepada calon nasabah.
Meskipun, strategi tersebut merupakan hal yang lumrah dilakukan oleh perbankan dalam meningkatkan pendapatannya.
“Sederhananya laba itu berdasarkan dari pendapatan dikurangi biaya. Pendapatan bank itu yang berasal dari kredit konsumen paling besar. Artinya bagaimana nasabah bisa mendapatkan dana tersebut dari bank,” jelasnya.
Guru besar Ilmu Akuntansi Untirta ini melihat, jika strategi Bank Banten mempermudah memberikan kredit kepada calon konsumennya, kasian nanti masyarakat.
“Saya ingin mengingatkan begini, jangan sampai nanti diberikan kemudahan masyarakat menjadi tukang penghutang. ngutang itu boleh tapi kalau kepaksa dan bedakan kebutuhan dengan keinginan,” tegasnya.
Jangan sampai, lanjutnya, gara-gara strateginya Bank Banten disukai oleh masyarakat, mereka yang awalnya tidak butuh menjadi butuh, itu akan menjadi masalah.
“Karena Bank Banten itu tujuannya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi juga. Tapi tidak semata-mata mengembangkan profit di bank Bantennya, tapi pikirkan juga masyarakatnya, ujarnya.
Ismail ingin memberikan edukasi kepada masyarakat, jangan samapai lulus sarjana atau sekolah terus beli motor dan itu hasil menghutang selama tiga tahun ke Bank.
Hutang di Bank Banten belum lunas, lalu ia ngutang lagi untuk membeli rumah 15 tahun, ngutang lagi. Hal itu karena bank-nya gampang memberikan kemudahan.
“Dapat 10 tahun dapat 5 tahun ganti motornya menjadi mobil. Setelah 10 tahun ganti lagi menjadi mobilnya, dapat 20 tahun kemudian rumahnya lunas, tapi kemudian rumahnya harus direhab lagi, rehabnya mesti ngutang lagi karena ngutangnya gampang,” jelasnya.
Dirinya Menginginkan, masyarakat jangan sampai dari pagi ke pagi lagi kerjaannya untuk bayar hutang. Masyarakat perlu diedukasi juga bahwa jangan semata-mata ayo ngutang ke Bank Banten.
“Ya kasian juga ke masyarakatnya. Karena dari lahir sampai mati kerjaannya cuma buat bayar hutang,” ucapnya.
Sebagai pakar, Ismail menyarankan strategi utama yang diambil Bank Banten sebaiknya, paling cepat turunkan biaya semuanya jadi cost cutting.
“Saya kasih contoh di untirta itu ada pedagang baso, dia sehari mendapatkan 100.000 dan dia modal 200.000 dan dapatnya 100.000 dia selalu untung 100.000. Tapi dia pakai angkot tidak ngutang jadi ketika dia tidak laku dia tetap bisa hidup. Bahaya ketika dia ngutang dan tidak laku dagangannya,” jelasnya.(ovi/red)