PILARBANTEN.COM – Pemkot Serang melalui Dinas Sosial (Dinsos) mencatat hingga tahun 2023 tercatat ada 8.799 warga di Kota Serang masuk dalam kategori keluarga miskin ekstrem.
Menyikapi tingginya angka keluarga miskin ekstrem tersebut, anggota DPRD Kota Serang Muhtar Ependi mengaku prihatin. Terlebih, akhir tahun ini masa jabatan Walikota Serang Syafrudin dan Wakil Walikota Subadri Ushuludin berakhir.
“Lima tahun kepemimpinan Syafrudin-Subadri, angka kemiskinan ekstrem masih tinggi, ini akan menjadi tugas berat Pj Walikota siapa pun orangnya,” kata Muhtar, Senin, 11 September 2023.
Politikus PKS ini melanjutkan, data dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang menyebutkan, dari 8.799 warga Kota Serang masuk dalam kategori miskin ekstrem tersebut, paling banyak terdapat di Kecamatan Taktakan yakni 2.000 kepala keluarga (KK) yang merupakan daerah pemilihannya.
Disusul terbanyak kedua di Kecamatan Kasemen 1.600 KK, Curug 1.500 KK, Serang 1.300 KK, Walantaka 1.200 KK, dan Kecamatan Cipocok 1.000 KK.
“Ini harus disikapi serius, dan kami akan coba komunikasi dengan dinas terkait mengenai data kemiskinan ekstrem itu. Jangan sampai adanya bantuan yang digelontorkan oleh pemerintah kepada masyarakat tidak tepat sasaran,” ungkapnya.
Menurut Muhtar, penuntasan angka kemiskinan di Kota Serang diperlukan komitmen serta sinergitas yang dibangun oleh pemerintah daerah dengan pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi.
“Karena persoalan kemiskinan ekstrem ini berkaitan dengan hak warga negara, hingga menjadi tanggung jawab bersama. Untuk solusinya mungkin bisa melalui program pemberdayaan lintas sektoral dan lain sebagainya,” bebernya.
Dalam hal ini Muhtar meminta kepada Pemkot Serang melalui dinas terkait, untuk segera mengkroscek data secara langsung dilapangan agar lebih konkretm
“Ya harus di kroscek, jangan sampai ada kekeliruan. Bisa jadi di lapangan jumlah warga yang miskin ekstrem jauh lebih banyak,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Serang Toyalis menyebutkan, ribuan keluarga miskin ekstrem itu tersebar di semua kecamatan.
Menurut Toyalis, tingginya angka kemiskinan di Kota Serang di pengaruhi oleh rendahnya pendapatan yang di miliki masyarakat dan juga kurangnya lapangan pekerjaan.
“Faktornya tidak punya pemasukan atau tidak punya penghasilan lantaran tidak punya kerjaan, walaupun ada hanya cukup untuk makan saja,” katanya.
Menurut Toyalis, ribuan keluarga yang masuk dalam kategori miskin ekstrem dikarenakan para kepala keluarga yang masuk dalam kategori Desil 1 atau kelompok 10 persen warga yang paling rendah kesejahteraan hidupnya.
“Jadi desil 1 kelompok 10 dan itu paling rendah tingkat kesejahteraannya secara nasional,” bebernya.
Toyalis mengaku akan segera melakukan verifikasi data dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) terkait kemiskinan ekstrem tersebut.
“Nanti kita lakukan validasi dan verifikasi mana yang miskin ekstrim, mana yang tidak ekstrim. Tapi kita sudah petakan,” ujarnya.
Untuk mengatasi kemiskinan ekstrem di Kota Serang, kata Toyalis, diperlukan kerja sama yang dibangun antar masing-masing Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Karena kalau Dinsos sendiri mungkin hanya melakukan validasi dan verifikasi, jika ada bantuan data ada di kita. Tapi jika tidak punya pekerjaan maka itu harus di siapkan lapangan pekerjaannya dan dengan cara kerja sama,” pungkas Toyalis (FIK)