Bagaimana Covid-19 Ini Berakhir?

oleh -173 Dilihat
oleh

KOTA SERANG, PILARBANTEN.COM – Pemerintah Indonesia tengah melakukan usaha keras dalam upaya mencegah penyebaran Pandemi Covid-19 lebih luas. Pasalnya, terhitung hari ini sudah ada sekitar 96 WNI yang dinyatakan positif terkena Covid-19.

Berdasarkan sumber dari John Hopkins University & Medicine, dari 96 orang Indonesia yang positif terpapar Covid-19, 5 di antaranya dinyatakan meninggal dunia. Sehingga tingkat kematian (death rate) karena Covid-19 sebesar 5,2 persen dengan perbandingan 5 : 96.

Sedangkan peringkat pertama diduduki oleh Itali dengan jumlah orang yang terinfeksi virus Corona sebesar 17,660 dengan total kematian 1.266 orang. Alhasil, tingkat kematian di negara ini sebesar 7,2 persen.

Kemudian peringkat ketiga ditempati oleh Iran dengan orang yang terjangkit virus itu sebesar 11.364 dengan total kematian 514 orang atau 4,5 persen.
Sementara itu negara asal virus ini berada di posisi urutan nomor empat, setelah Iran yang berada di posisi ketiga. Persentasi kematian di negeri China akibat virus ini sebesar 3.929%, dengan perbandingan 3180 : 80945. Tingkat kematian dunia yang disebabkan oleh virus ini sendiri 5408 / 145003= 3.730%.

Disadur dalam salah satu artikel dari Washington Post yang ditulis oleh Harry Stevens, terkait bagaimana wabah Pandemi Covid-19 ini bisa berakhir, di dalam artikel itu Harry menuliskan fenomena wabah ini seperti sebuah kurva dengan lengkungan ke atas yang sangat tajam, dengan dibatasi garis melintang di tengahnya.

Baca Juga:  Wakil Walikota Serang Dicurhati Warga Soal Sulitnya Akses Pendidikan

Kurva dengan lengkungan tinggi itu menunjukkan wabah itu suatu saat akan berhenti. Sedangkan garis yang melintang di tengahnya digambarkan sebagai kapasitas rumah sakit dan tenaga kesehatan. Semua pasien positif Covid-19 yang berada di bawah garis lintang kurva itu kemungkinan akan dirawat, sementara yang berada di atasnya kemungkinan mengalami kesulitan dan meninggal dunia.

Tugas pemerintah dan kita semua adalah membuat kurva itu tidak melonjak terlalu tinggi, sehingga semua yang sakit bisa masuk rumah sakit dan ditangani oleh tenaga kesehatan. “Jadi bagaimana caranya membuat kurva ini menjadi landai,” tulis Harry.

Orang yang positif Covid-19 akan menular ke orang lain. Orang yang sudah sembuh, tubuhnya sudah mempunyai imunitas, sehingga kemungkinan dia tertular lagi itu kecil dan hamper tidak ada. Sehingga caranya sebuah wabah-wabah apapun itu, sejak jaman dahulu berhenti ketika cukup bayak orang kena virusnya, lalu virusnya menjadi imun, sehingga orang lain tidak bisa menularkannya lagi. “Kenapa selama ini kita harus melakukan social distensing atau menjahkan diri,” jelasnya.

Dalam artikel yang divisualkan itu, Harry menggambarkan semua orang bergerak bebas seperti biasa, tidak ada pikiran. Semuanya tetap pergi konser, jalan-jalan. Yang kemudian mengakibatkan penularan, karena satu orang menularkan ke orang lain secara bebarengan. Itu yang berbahaya. Seperti lekukan kurva yang tinggi tersebut. Semuanya memang akan terlewati dan banyak orang yang sembuh. Namun banyak juga yang meninggal, karena tidak mampu tertangani.

Baca Juga:  Mulai Hari Ini, Guru di Banten Dibolehkan Mengajar Melalui Online di Rumah

“Nah, yang terjadi di China dengan adanya lockdown (ditutup), membuat orang yang sehat berbarengan dengan yang sembuh. Jadi kurvanya lebih landai kalau kita lihat. Sehingga memberi waktu kepada orang untuk sembuh dan melandaikan kurvanya,” tulisnya.

Namun, jika kita lihat dengan metode social distensing (menyendiri) bagaimana? Kalau tidak harus-harus banget, tidak usah keluar. Jika tidak penting-penting banget tidak usah bertemu dengan teman. Bahkan jam malam juga ditutup. Ini sangat efektif dan proses penyembuhannya sangat maksimal, karena orang sehat terjaga, dan jumlah yang sakit pun bisa ditangani oleh tenaga medis dengan optimal.

Di akhir visualnya Harry mengajak agar masyarakat lebih baik melakukan social distensing untuk sementara waktu, karena ini periode yang sangat penting, supaya kurva kita meledak jauh. Hormati dan doakan para petugas kesehatan, pejabat publik, petugas pelayanan masyarakat dan kita yang mau tidak mau harus tetap bekerja dan tetap waspada.

Baca Juga:  Murid SD Di Kota Serang Gelar Doa Bersama Untuk Korban Semeru

“Berprilakulah seakan-akan kita sudah kena virusnya, dan kita menjaga agar orang lain tidak tertular,” tutupnya.

Menanggapi hal tersebut, praktisi kesehatan Drajat Ahmad Putra mengatakan, seandainya tidak ada upaya untuk antisipasi terjadinya penularan, dalam waktu singkat menjangkiti orang dalam jumlah yang sangat banyak, melebihi kapasitas dan kemampuan pemerintah & swasta.

“Saya ga kebayang. Pasti panik dan heboh ini negeri,” ungkap mantan Direktur RSUD Banten ini.

Hanya saja, lanjut Drajat, tidak semua orang yang sudah terkena virus akan otomatis terbentuk kekebalan tubuhnya, sehingga tidak akan terkena lagi. Masih ada kemungkinan orang yang sudah terjangik Covid-19 ini, kemudian sembuh, dan terkena lagi.
“Masih mungkin terkena lagi, karena kekebalannya rendah,” katanya.

Untuk itu, dirinya menghimbau sebaiknya pemerintah segera melakukan langkah Lockdown. Langkah ini merupakan upaya yang bagus dan optimal yang bisa dilakukan pemerintah. Semakin cepat, semakin bagus. Jangan tunggu ledakan. Tidak akan efektif. Malahan resikonya akan lebih sulit diprediksi atau dikendalikan.

“Jika dilakukan Lockdown, resikoya belum tentu sebesar yang dikhawatirkan. Lalu jika Pemerintah tidak melakukan Lockdown. apa upaya Pemerintah yang bisa dilakukan secara maksimal? Dari sisi infrastruktur kita jauh dari siap. Untuk itu, sebaiknya pemerintah segera melakukan lockdown,” tegasnya. (Rey/Al)