Serang, – Meski perpindahan kembali Rekening Kas Umum Daerah Banten dari Bank BJB ke Bank Banten, namun penyaluran dana serapan pajak baru mulai dilakukan Rabu, (23/6/2021) ini, setelah Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Banten melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan Bank Banten (BB) terkait penyaluran dana serapan pajak.
PKS itu dilakukan menyusul sudah ditetapkannya Bank Banten sebagai Bank yang sehat oleh OJK. Selain itu, RKUD Pemprov Banten juga sudah dikembalikan ke Bank Banten.
“Kalau RKUD sudah kembali ke Bank Banten, serapan pajak juga harus mengikuti,” kata Kepala Bapenda Provinsi Banten Opar Sochari seusai melakukan PKS, Rabu (23/6/2021).
Opar melanjutkan, dengan adanya PKS ini seluruh transaksi di 12 kantor Samsat yang ada di Provinsi Banten seperti transaksi Pajak PKB, BPKB, Air Permukaan (AP) dan lain sebagainya sudah dialihkan ke Bank Banten.
“Perhari ini sudah mulai dialihkan ke Bank Banten,” katanya.
Untuk peningkatan serapan itu, lanjut Opar, pihaknya juga akan kembali mengaktifkan sejumlah e-commerce dalam pembayaran pajak. “Sehingga nanti para Wajib Pajak (WP) bisa dengan mudah melakukan pembayaran. Insya Allah Minggu depan sudah bisa dilakukan,” imbuhnya.
Ke depan, tambah Opar, akan ada inovasi-inovasi baru dalam proses pembayaran pajak oleh masyarakat selain menerapkan e-commerce.
“Seperti program Samsat ceria, dan yang akan dilakukan launching adalah Signal. Dengan program ini para calon pembayar pajak cukup memperlihatkan nomor polisi kendaraan saja, bisa langsung diproses,” jelasnya.
Opar mengakui sebagai Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang baru, Bank Banten masih terdapat berbagai kekurangannya dibandingkan dengan Bank BJB selaku kakak tertuanya.
Namun meskipun demikian, sebagai masyarakat Banten harus bangga dan bisa membesarkan BPD sendiri dibandingkan dengan BPD daerah lain.
“Kalau bicara kekurangan pasti ada, tapi semua itu insya Allah akan bisa ditutupi dengan kerja keras bersama-sama,” ucapnya.
Diakui Opar, serapan harian pajak di Provinsi Banten saat ini baru mencapai Rp17-18 juta. Berbeda pada saat bulan lalu yang mencapai Masih Rp25 juta perhari.
“Makanya kalau kami disuruh mencari potensi baru, bukannya kami tidak bergerak, tetapi memang kondisinya seperti ini, sedang susah,” jelasnya.(loet)