Resmi Diusung Dan Jadi Kader PDIP, Irna Disebut Politisi Kutu Loncat

oleh -275 Dilihat
oleh

Pandeglang – Bupati Pandeglang Irna Narulita resmi didaulat menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Politisi partai Demokrat itu diklaim telah mengantongi Kartu Tanda Anggota (KTA) partai berlambang banteng.

Untuk diketahui sebelumnya, partai besutan Megawati Soekarno Putri telah memberikan rekomendasi terhadap Istri Dimyati Natakusumah mantan Bupati Pandeglang dua periode tersebut untuk maju kembali di Pilkada Pandeglang 2020 bersama politisi Golkar Tanto W Arban, menantu Ratu Atut Chosiyah.

Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Banten Asep Rahmatullah mengatakan kepindahan Irna ke PDIP merupakan murni soal kesamaan misi dan ideologi dengan partai bukan karena telah mengantongi surat rekomendasi di Pilkada Pandeglang.

“Iya betul (resmi kader) Kan sudah di rekomendasi (pilkada) oleh PDIP,( tapi bukan barter ) emamg partai ecek bagian tukar dengan rekom. Kalau soal status di Demokrat tanya bu Irna,” kata Asep saat dikonfirmasi, Selasa (25/2).

Sebelum berlabuh ke PDIP, Bupati Pandeglang pernah menjadi kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan berhasil duduk di Senayan sebagai anggota DPRI pada tahun 2014, lalu diusung PPP menjadi Bupati Pandeglang tahun 2015. Kemudian pindah ke partai Demokrat tahun 2017 lantaran maju di pemilihan ketua DPD Demokrat Banten, namun kalah oleh Iti Oktavia Jayabaya, Bupati Kabupaten Lebak.

“Bukan kesepakatan rekom kita belum pernah memaksa orang, bu Irna bukan orang baru berpolitik dia mengkaji mendalami dan lain-lain karena mungkin ketertarikan bu Irna ketum PDIP adalah perempuan karena PDIP ini sangat memperdulikan soal gender,” katanya.

Terpisah, pengamat politik dari Untirta Serang, Abdul Hamid menilai, perilaku politisi dan partai pragmatis semacam itulah yang membusukkan demokrasi. Menurut Hamid, partai seharusnya menjadi tempat dimana ideologi dikembangkan dan ditunjukkan dalam kinerja kader partai yang menjabat di jabatan publik.

“Namun partai cenderung hanya menjadi kendaraan omprengan untuk politisi kutu loncat semacam itu. Jika kesetiaan kepada partai saja tidak dimiliki, bagaimana kesetiaan pada rakyat?,” Katanya.(anwar/teguh)