Serang, – Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta menanggapi aksi unjuk rasa buruh yang menjebol kantor Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) di Kawasan Pusat Pemerintah Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang.
Fahri menilai bahwa konflik pemimpin dan rakyat itu merupakan keniscayaan yang tidak bisa dihindari, pasti ada. Kasus unjuk rasa buruh ini menunjukan kegagalan Gubernur Banten dan timnya membangun komunikasi yang baik.
“Saya menilai ini kegagalan Gubernur Banten dalam membangun komunikasi yang baik dengan masyarakat, mestinya harus melakukan pendeteksian lebih luas dan dalam arah gerakan buruh yang berjilid-jilid ini,” kata Fahri
“Ini kejadian pertama kantor gubernur sampai diduduki, dan saya yakin jika gubernur reaktif dalam kasus ini malah akan menambah kegaduhan,” sambung Fahri
Fahri menyarankan Gubernur Banten harus banyak belajar kepada Pak Anis Baswedan ketika menghadapi aksi unjuk rasa buruh.
“Saya rasa Gubernur Banten harus banyak belajar kepada Gubernur DKI Jakarta Anis Baswedan. Dulu pernah terjadi aksi unjuk rasa buruh di DKI Jakarta, tapi Pak Anis Baswedan mampu mengendalikan massa aksi dengan dirinya turun masuk ke barisan massa aksi dan berdialog dengan para buruh, bahkan sampai duduk bersila di aspal,” kata Fahri
Selain komunikasi Gubernur yang gagal, lanjut Fahri, masalah kedua saya menilai Gubernur Banten tidak melakukan koordinasi yang baik dan inten dengan aparat kepolisian.
“Pak Wahidin Halim saya rasa tidak melakukan koordinasi yang baik dan inten dengan aparat kepolisian, saya melihat aksi unjuk rasa buruh di Banten ini kan aksi lanjutan dari aksi-aksi sebelumnya, aksi berjilid-jilid, seharusnya Pak Wahidin Halim sebagai Gubernur Banten bisa mengapresiasi kinerja aparat Kepolisian dalam mengamankan aksi unjuk rasa. Saya sepakat siapapun yang melanggar hukum harus ditindak tegas. Tapi tim ahli Gubernur jangan juga cuma bisanya marah dan mengutuk aksi buruh, seharusnya bukan mengutuk tapi bagaimana membuat formulasi agar aksi apapun harus berujung damai dan simpatik,” kata Fahri
“Rakyat itu cermin pemimpinnya. Jadi saran saya Gubernur Banten tidak usah bersikap arogan menghadapi persoalan ini, harus menggunakan pendekatan persuasif dan bangun komunikasi yang baik,” tutup Fahri. (kusno)