Sungai Menghitam, Nelayan Menjerit: Ciujung Diduga Tercemar Limbah Industri

oleh -184 Dilihat
oleh

SERANG, PILARBANTEN.COM – Aliran Sungai Ciujung yang melintasi Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, dikeluhkan warga dan nelayan setempat.

 

Sungai tersebut kini berubah warna menjadi hitam pekat dan mengeluarkan bau menyengat yang diduga akibat pencemaran limbah industri.

 

Pantauan langsung wartawan pilarbanten.com di lokasi menunjukkan kondisi air sungai tampak menghitam dengan permukaan mengilap seperti bercampur minyak. Bau tak sedap pun tercium cukup menyengat, mengganggu kenyamanan warga di sekitarnya.

 

Seorang nelayan bernama Saepudin mengatakan, perubahan kondisi sungai sudah terjadi sejak dua bulan terakhir. Air sungai tak hanya berubah warna, tetapi juga menimbulkan dampak terhadap kesehatan dan mata pencaharian warga.

 

Baca Juga:  Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kompak Ikut Retret, Gubernur Banten Andra Soni: Semangat Kolaborasi untuk Banten Maju

“Kondisi airnya seperti comberan, hitam pekat dan bau menyengat. Jangankan untuk mencari ikan, untuk mandi saja sudah tak layak,” ujar Saepudin, Senin (16/6/2025).

 

Ia menuturkan, pencemaran Sungai Ciujung berdampak langsung terhadap para nelayan. Hasil tangkapan menurun drastis, bahkan sebagian besar nelayan kesulitan mendapatkan penghasilan.

 

“Nelayan tidak bisa melaut. Karena air tercemar, ikan pun menjauh. Kami sangat kesulitan, ini sudah sangat meresahkan,” ucapnya.

 

Tak hanya memukul sektor ekonomi, warga yang tinggal di bantaran Sungai Ciujung juga mulai merasakan dampak kesehatan. Mulai dari gatal-gatal hingga gangguan pernapasan akibat aroma tak sedap yang terus tercium setiap hari.

Baca Juga:  Ratusan Warga Mancak Serbu Bazar Ramadan 1446 H Diskoumperindag

 

“Banyak warga yang mengalami gatal-gatal setelah mandi di sungai. Beberapa juga mengeluh sesak napas karena bau limbah yang menyengat,” tambahnya.

 

Saepudin menyebut pencemaran sungai bukanlah persoalan baru. Menurutnya, dugaan kuat pencemaran berasal dari limbah pabrik yang sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu, terutama saat musim kemarau ketika debit air menyusut dan limbah mengendap.

 

“Sudah lama sekali ini terjadi. Masyarakat sini pun menduga kuat limbah berasal dari pabrik besar seperti Indah Kiat. Tapi ya begitu, sampai sekarang belum ada tindakan nyata dari pemerintah,” tuturnya.

Baca Juga:  Sapa Warga Waringin Kurung, Ratu Zakiyah Paparkan Visi Misi

Ia mengaku masyarakat sudah beberapa kali menyampaikan keluhan kepada pihak terkait, namun belum mendapat respon konkret.

 

“Koordinasi sudah dilakukan, tapi tindak lanjutnya nol besar,” ujarnya kecewa.

 

Saepudin berharap pemerintah segera mengambil langkah serius agar Sungai Ciujung kembali seperti dulu—bersih, sehat, dan penuh ikan.

 

“Dulu, waktu saya masih sekolah dasar, sungai ini penuh ikan. Untuk makan sehari-hari, tak perlu ke laut. Sekarang jangankan untuk memancing, menebar jaring pun tak menghasilkan apa-apa,” pungkasnya.(Ald/Red)