Serang, – Pemerintah Kota Cilegon menutup kembali kegiatan belajar mengajar secara tatap muka di sekolah-sekolah yang berada di wilayahnya. Padahal, pelaksanaan belajar tatap muka di sejumlah sekolah di Cilegon sudah berlangsung selama dua hari.
Untuk diketahui sebelumnya, Pemkot Kota Cilegon mengizinkan sejumlah di sekolah di wilayahnya menggelar kegiatan belajar mengajar secara tatap muka lantaran kasus positif corona mulai landai.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon Ismatullah mengatakan, setelah dua hari melakukan pembelajaran tatap muka dalam masa percobaan yang dimulai sejak Selasa hingga Rabu, (5/8/) kemarin. Ternyata, lanjut Ismat, ditemukan tiga kasus baru positif corona di hari kedua masa percobaan setelah dua minggu tidak ditemukan kasus baru di Kota Cilegon.
“Rabu kita evaluasi ternyata bila ada peningkatan sepakat kita cabut nah SE (surat edaran) kan belum dibuat artinya belum berjalan secara normal. Bukan dicabut tapi dibatalkan bahkan himbauannya kita ganti tidak melakukan belajar tatap muka dari Wali Kota. Pertimbangan itu tutup kembali,” kata Ismatullah saat dikonfirmasi, Kamis (6/8/2020).
Dia menceritakan, awal mula kebijakan untuk membuka pembelajaran tatap muka berdasarkan usulan dari masyarakat, kalangan pendidik, eksekutif dan legislatif karena kasus COVID-19 dianggap sudah kondusif dengan tidak ditemukan kasus baru selama dua minggu. Kemudian dari 43 kelurahan se Cilegon, sebanyak 20 keluranan tidak ditemukan satu kasus pun alias zona hijau.
“Dalam obrolan open house Idul Adha dengan Forkopimda dicoba sih di Cilegon sekolah tatap muka. Makanya kita buat edaran formal supaya kita mempunyai kekuatan hukum. Ketika diinformasikan hari senin muncul data sekolah-sekolah yang siap melaksanakan belajar tatap muka hari senin sore itu selasa langsung dicoba,”tuturnya.
Terkait syarat pelaksanaan belajar tatap muka dalam rangka protokol kesehatan, Ismatullah mengaku bahwa seluruh sekolah di Cilegon tidak memiliki fasilitas penunjang untuk pelaksanaan belajar tatap muka di sekolah. Diantaranya ruang isolasi di sekolah, face shield atau pelindung wajah untuk siswa dan guru dan seragam alat pelindung diri (APD). Disampaikan Ismat, pihaknya tidak memiliki anggaran untuk pengadaan sejumlah fasilitas tersebut dan tidak ingin membebankan ke pihak sekolah.
“Sambil berjalan dibicarakan Gugus COVID lebih baik kita memperbaiki fasilitas dulu sebelum membuka. Dalam pertimbangan untuk ditunda,” katanya.
Disampaikan Ismat, selain itu selama dua hari masa percobaan pihaknya menemukan tingkat kedisiplinan orang tua dan murid itu sendiri masih rendah dalam rangka menjalankan protokol kesehatan saat proses belajar tatap muka.
“Disimpulkan kebiasaan masyarakat aga susah sebagai contoh ketika saya intruksikan harus dijemput orang tua ternyata orang tua nganter doang pulangnya sama orang lain, kedua anak pulang sekolah harus pakai masker ternyata tidak pakai masker sehingga risih saya liat di lapangan,” katanya.