KOTA SERANG, PILARBANTEN.COM – Mulai Rabu (25/3), Pemprov Banten jadikan Rumah Sakit Umum (RSU) Banten sebagai RS khusus Covid-19 atau virus corona. Hal itu untuk mengantisipasi lonjakan kasus covid-19 di Banten.
Juru bicara (Jubir) Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di Banten yang juga Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten, Ati Pramudji Hastuti mengatakan, seluruh ruang perawatan yang berada di RSU Banten semuanya akan dikhusukan untuk menangani pasien Covid-19.
“Hari Rabu besok sudah operasional seluruhnya untuk pasien Covid, tidak lagi menerima pasien umum. Seluruh kamar ada 250 bed (tempat tidur,red). Untuk operasional itu akan dilakukan sampai tiga bulan ke depan,” kata Ati saat dihubungi melalui telepon, Minggu (22/3/2020).
Penunjukkan RSUD Banten sebagai RS khusus Covid-19, kata Ati, dilakukan untuk mengantisipasi ada lonjakan kasus. “Kalau ada pasien Covid-19 yang kesulitan dapat RS rujukan, penuh misalnya, bisa kita tampung di RSUD Banten ke depannya,” katanya.
Saat ini, lanjut Ati, kita baru ada lima RS rujukan yaitu RSUD Tangerang, RS Siloam, RS Drajat Prawiranegara (RSDP) Kabupaten Serang, RSU Banten dan RSUD Cilegon.
Terkait pasien yang saat ini tengah menjalani perawtan di RSUD Banten, lanjut Ati, pihaknya telah bekerja sama dengan rumah sakit-rumah sakit terdekat. Ia juga mengaku, saat ini RSUD Banten tengah melakukan perjanjian dengan RS baik milik pemerintah dan swasta.
“Nanti dipindahkan, misalkan ke RSUD Kota Serang dan rumah sakit lainnya. Sekarang kami sedang melakukan perjanjian kerja terkait peralihan pasien. Dan alhamdulillah seluruh rumah sakit juga mendukung,” jelasnya.
“Ini juga keinginan Pak Gubernur, dibantu organisasi profesi seperti Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan perhimpunan dokter spesialis untuk jadi dokter Covid,” sambungnya.
Saat ditanya terkait data kasus positif Covid-19 di Banten, Ati menuturkan, dari hasil tracing (penelusuran) di lapangan, pihaknya baru mendapatkan sebanyak 23 kasus dengan rincian 16 dalam perawatan, tiga meninggal dan satu pasien sembuh. Hal itu bebeda dengan data dari pusat yang menyatakan kasus poitif Corona di Banten mencapai 27 kasus.
“Benar ada 27, (sisa) empat data yang kami terima ada di Banten positif pasiennya. Tapi dari data domisili itu bukan tinggal di Banten tapi di Jakarta. Kita kan menggunakan azas domisili bukana azas dirawat di RS Banten. Misalkan pusat merilis kasus poistif dan itu warga Banten makanya masuk data kami. Tapi yang empat orang itu nggak masuk data, karena bukan warga Banten, walaupun dirwatnya di rumah sakit rujuka di Banten,” ujarnya.
Ati juga beralasan, azas domisili diterapkan agar mempermudah melakukan tracing dan survielence lingkungan. “Jika benar warga Banten (positif) siapa saja yang telah kontak. Kan kota melakukam survielence memutus rantai penularan. Kalau bukan warga Banten, nggak mungkin kita tracing ke Jakarta,” katanya.
Selain azas domisili, pihaknya juga menunggu hasil tes lab yang dilakukan oleh pusat.
“Ketika pusat katakan 47 yang positif. Kami bukan menerima saja. Tapi hasil labnya yanh kami mau datanya bagaiamana. Kan kita mau ikutan ngomong harus by name by addres. Contoh dulu oertama kita umumkan, oleh pusat ditegur. Padahal data sudah kita terima dari Dirjen P2P Kemenkes, dan kami juga sudah cek memang benar warga Banten dan itu masuk data kami. Kalai sama (mengacu) data pusat nggak usah buat data. Sedangkan kita butuh buat lihat sebaran covid ada diman di Kota Tangerang kah, Tangsel kah, Kota Serang kah,” ujarnya.
Saat ditanya terkait persiapan rapid test Covid-19, Ati mengaku, saat ini pihaknya masih menunggu pusat.
“Tadinya kita sudah ada penyedia yang akan mengadakan rapid tes itu. Tapi belakangan di cancel karena penyedia harus menyediakan dua juta rapid test yang dipesan pusat. Kita berharapnya Banten juga bisa dapat rapid tes dari pusat. Soal berapa banyak kita juga masih menunggu keputusan pusat, jadi saya belum bisa bicara banyak,” katanya.
Menurut Ati, saat ini yang diperlukan oleh RS adalah Alat Kesehatan (Alkes) dan Alat Pelindung Diri (APD). Ia juga mengaku, Pemprov mengalami kesulitan untuk pengadaan alat-alat khusus tersebut.
“Kami berharap pemerintah pusat juga dapat menertibkan perusahaan-perusahaan. Karena kami sangat kesulitan. Untuk APD saja harus inden (menunggu) dan April baru ada. Padahal ini sangat dibutuhkan,” ujarnya.
Terpisah, Direktur RSU Banten, Danang Hamsah Nugroho membenarkan jika RSUD Banten ditunjuk sebagai rumah sakit khusus penannganan Covid-19. Ia juga mengaku, pihaknya telah melakukan persiapan khusus.
“Yah kaya melakukan sterilisasi ruangan-ruangan. Tapi kita menunggu Bu Kadis kapan mau dilaunchingnya,” kata Danang.
Terkait pasien yang saat ini masih dirawat, Danang mengaku, akan dialihkan ke sejumlah rumah sakit yang ada di Banten. “Dialihkan ke RS lain. Secara bertahap, mulai hari ini (kemarin) sampai Selasa,” ujarnya. (Rey/Al)