Rokok Penyumbang Terbesar Kenaikan Garis Kemiskinan

oleh -159 Dilihat
oleh

KOTA SERANG, PILARBANTEN.COM – Rokok menjadi komoditas makanan yang mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan garis kemiskinan baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan di Provinsi Banten pada September 2019. Meski begitu sumbangan komoditas makanan terhadap garis kemiskinan di Banten mengalami penurunan. Pada September 2019 sebesar 71,61 persen sedangkan pada maret 2019 sebesar 71,66 persen.

Hal itu terungkap dalam ekspos yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Rabu (15/1/2020). Kepala BPS Provinsi Banten  Adhi Wiriana mengatakan, pada September 2019 di perkotaan komoditas rokok mencapai 12,61 persen satu tingkat di bawah komoditas beras sebesar 18,36 persen. Sedangkan di pedesaan, komoditas rokok mencapai 11,97 persen, disusul kemudian roti sebesar 3,30 persen. Sedangkan untuk beras, di pedesaan masih di posisi tertinggi sebesar 25,86 persen.

“Survei dilakukan berdasarkan data sampling hasil perhitungan yang ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan,” kata Adhi.

Baca Juga:  Pemerintah kota Serang dan BPOM akan Kembangkan Industri Obat dan makanan.

Sementara itu, Adhi melanjutkan, untuk komoditas non makanan pemberi sumbangan terbesar garis kemiskinan di perkotaan yakni perumahan sebesar 9,57 persen, bensin 4,92 persen, listrik 3,69 persen, pendidikan 1,25 persen dan perlengkapan mandi sebesar 1,03 persen.

Sedangkan untuk di pedesaan perumahan sebesar 10,95 persen, bensin 1,85 persen, listrik 1,73 persen, pendidikan 1,13 persen dan perlengkapan mandi 1,10 persen. “Adapun untuk penggunaan pulsa di era teknologi ini belum bisa kami lakukan surveynya,” ujarnya.

Baca Juga:  Kantor Dinkopukmperindag Kota Serang dilahap Api, Walikota Serang tinjau lokasi Pasca kejadian.

Secara keseluruhan angka kemiskinan di Provinsi Banten hingga September 2019 sebesar 4,94 persen. Artinya mengalami penurunan sebesar 0,15 persen atau sekitar 13.000 penduduk jika dibandingkan Maret 2019 yakni 5,09 persen.

“Angka ini belum termasuk kemiskinan yang diakibatkan oleh bencana alam yang terjadi di awal tahun lalu yang rilisnya baru akan dimulai pada maret 2020 nanti,” katanya.

Kalaupun naik, tambah Adhi, tidak akan signifikan mengingat banyak juga masyarakat yang terdampak bencana banjir kemarin yang tidak langsung jatuh miskin, karena masih mempunyai gaji tetap serta asset yang lainnya.

“Untuk di Lebak mungkin saja nanti ada peningkatan,” katanya.

Baca Juga:  Pj Gubernur Banten Al Muktabar : Sertipikat PTSL Dorong Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat

Penurunan angka kemiskinan itu diapresiasi Gubernur Banten Wahidin Halim (WH). WH mengaku Pemprov sudah bekerja keras dalam menekan angka kemiskinan di Banten. Meskipun hanya turun 0,15 persen namun harus diapresiasi, “Bagus dong! Harusnya diapresiasi. Itu yang harus diberitakan,” katanya.

Terkait potensi kemiskinan dan penganguran yang akan kembali naik setelah adanya bencana alam banjir, WH mengaku hal itu sudah ia prediksi dan akan dicarikan jalan keluarnya agar masyarakat terdampak bencana tidak menjadi pengangguran dan menambah angka kemiskinan.

“Sedang kita upayakan solusinya. Karena lahan dan mata pencaharian mereka kan habis semua terbawa banjir. Petani juga mengalami puso,” katanya. (Rey/Al)