Mursyid, Milenial Baduy Jualan Produk Secara Online Hingga Tembus Pasar Luar Negeri

oleh -40 Dilihat
oleh

Lebak, – Orang Kanekes alias suku Baduy dikenal masyarakat luar tertinggal dibidang informasi. Namun, kini perkembangan teknologi mulai dirasakan oleh kelompok etnis Sunda di Pegunungan Kendeng, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten.Terutama, untuk pemanfaatan penjualan produk-produk baduy melalui media sosial.

Mursyid (27) misalnya, milenial asal Kampung Cempaka yang masuk dalam Kawasan Baduy Luar sudah beradaptasi dengan perkembangan zaman menggunakan gadget dalam pemasaran produk baduy sejak 2016 silam.

Mursyid baru mengenal handphone setelah dirinya memutuskan keluar dari baduy dalam pada 2010 lalu. Sehari-hari dirinya berjualan pisang dan gula aren untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dengan mengikuti setiap pameran di luar Banten seperti Jakarta dan daerah lain. Kemudian setelah lancar bermain gadget dia mulai berinovasi berjualan melalui media sosial.

“Kalau dulunya di FB sekarang buka instagram ngikutin zaman juga apa yang rame buka disitu,” kata Musyid, Selasa (15/6/2021).

Kini produk seperti kain tenun baduy, gula aren dan bandrek yang dipromosikan Mursyid melalui facebook dan instagram sudah tembus hingga ke luar negeri seperti Cina, Malaysia dan Brunai. Saat ini akun instagram BaduyMursid sudah memiliki pengikut 15 ribu.

Kendati pada awalnya, Mursyid mengaku tidak mudah beradaptasi berjualana di medsos karena keterbatasan sinyal di wilayahnya.

Terlebih, saat ingin mengecas handphone dia harus turun gunung ke kampung yang berada di luar baduy. Sebab, baduy luar pun masih melarang penggunaan listrik.

“Sinyal susah nyari ke hutan. Kalau ngecas keluar baduy,” katanya.

Maanfaatnya teknologi dalam penjualan produk baduy, semakin dirasakan Mursyid saat pandemik COVID-19, pembatasan kegiatan saba budaya baduy membuat penjualan online semakin meningkat. Bahkan, saat ini para pengrajin tenun hingga gula aren di baduy luar menitipkan produk dagangan mereka kepada Mursyid.

“Tenun Mursyid juga beli dari pengrajin separuh buatan istri tetangga kampung juga datang suruh jualin. Sekalian bantu jualan banyak yang nitip juga,” katanya.

Terinspirasi dari Mursyid, saat ini milenial baduy luar yang lain sudah mengikuti jejaknya dengan menjual produk-produknya melalui media sosial.

“Pertama kali iyah lebih mempromosikan dulunya sekarang melihat ada peningkatan akhirnya yang lain ngikutin,” katanya.

Mursyid mengatakan, meski dirinya sudah mulai sibuk dengan berjualan online namun Mursyid dan sang istri tidak meninggalkan adat setempat untuk bertani, sebab, ciri khas orang baduy adalah menggarap pertanian.(war)