Serang, – Sektor pertanian dan peternakan di Banten mengalami kenaikan yang cukup signifikan meskipun dalam dua tahu terakhir tengah dihadapkan pada persoalan Pandemi Covid-19.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengembangan sector pertanian dan peternakan itu adalah mengarakan pada swasembada pangan berkelanjutan, berupaya memenuhi pangan lokal maupun nasional dengan mengurangi impor komoditas strategis dan mengusahakan ekspor komoditas unggulan untuk mensejahterakan petani serta menambah pendapatan Negara.
Untuk mewujudkan itu, Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanper) Provinsi Banten merumuskan terobosan strategi ketahanan pangan dengan penguatan komoditas unggulan yang harus memenuhi empat pilar.
Kepala Distanper Provinsi Banten Agus Tauchid mengungkapkan, empat pilar itu yakni pertama yakni harus berdaya saing tinggi, kedua harus mendapatkan dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) dan pusat atau terdesentralisasi, yang ketiga ia harus berkerakyatan yang artinya apapun yang diupayakan dalam pertanian itu harus familiar dengan petani, peternak, atau perkebunan di provinsi Banten.
“Dan yang keempat harus berkelanjutan, karena sebuah sistem akan bisa berjalan manakala hulu mampu mensuplay hilir dan hilir mampu menarik hulu,” katanya, Kamis (6/1/2021).
Agus melanjutkan, empat pilar ini diimplementasikan dalam empat sub sektor yang sangat menentukan tingkat kesejahteraan petani di Provinsi Banten, yakni tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan holtikultura.
“Pada sub sektor tanaman pangan padi dan jagung adalah komoditas yang mampu memenuhi empat pilar sistem agrobisnis, melalui transpormasi bidang pertanian yang tertuang dalam RPJMD 2017-2022. Produksi tanaman pangan beras kita pada tahun 2020 sudah mencapai 937.815 tonton dan peringkat 9 nasional,” ucapnya.
Dikatakan Agus, Gubernur dan Wakil Gubernur Banten juga memastikan tidak ada lagi penjualan gabah yang keluar Banten. Hal itu dilakukan agar nilai tambah hasil panen betul-betul dinikmati para petani.
Untuk itu pihaknya melakukan upaya transpormasi dalam bidang ini dengan upaya membentuk BUMD pangan, sehingga petani di Banten mempunyai jaminan penyerapan hasil panen sehingga meminimalisir mengalirnya gabah keluar Banten.
“Melaui BUMD Agrobisnis Banten Mandiri (ABM) diharapkan bisa menjadi afalis penjamin petani selain Bulog,” ujarnya.
Selain itu ada juga komoditas Jagung yang menjadi komoditas utama Provinsi Banten. Dengan rekayasa sosial dan teknologi yang dilakukan Distanper kini mampu menciptakan wilayah-wilayah korporasi jagung yang potensial dan perlahan menyuplai industri pakan.
“Ini merupakan peluang mengingat hampir 50 persen industri pakan nasional berada di Provinsi Banten,” tuturnya.
Berdasarkan data produktivitas jagung di Provinsi Banten dari tahun ke tahu selalu mengalami peningkatan, seperti pada tahun 2017 yang nilai produksinya mencapai 39,65 kwintal/ha, 2018 mencapai 50,01 kwintal/ha, 2019 mencapai 53,35 kwintal/ha, dan pada tahun 2020 mencapai 67,11 kwintal/ha.
Menyusul komoditas Jagung, ada juga komoditas perkebunan berupa gula aren yang menjadi unggulan Provinsi Banten. Aren memiliki fungsi sebagai konservasi perlindungan alam, aren juga dapat menopang perekonomian masyarakat Banten dan kesehatan secara rill.
Transformasi budidaya aren yang dilakukan Pemprov Banten mampu memproduksi bibit aren unggulan yang bernama benih aren Parasi yang berasal dari Kecamatan Cihara, Kabupaten Lebak, yang bisa dipanen pada umur tanam enam tahun dan menghasilkan produk olahan seperti gula semut yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi
“Kami bantu melalui pembinaan sampai mempunyai sertifikat internasional baik dari Uni Eropa maupun sertifikat Amerika, sehingga ekspor aren ini sangat luar biasa setiap bulan hampir rutin 2 ton,” tambah Agus.
Hal itu sejalan dengan data dari Distanper terhadap perkembangan produksi komoditas aren. Dimana pada tahun 2017 produksinya mencapai 3.287 ton, 2018 mencapai 3.093 ton, 2019 mencapai 3.094 ton dan pada tahun 2020 mencapai 4.532 ton.
“Ini merupakan bentuk keseriusan kami dalam meningkatkan sector perkebunan unggulan Provinsi Banten,”imbuhnya.
Selanjutnya ada kelapa Banten yang sangat eksotik. Distanper menciptakan sistem penanaman berbasis kelompok dan korporasi untuk lebih mendongkrak nilai ekomominya.
Padahal tak terbayangkan sebelumya nilai ekonomi kelapa kopyor luar biasa tinggi. Begitu juga kelapa dalam dan cengkir merah yang merupakan sumber anti oksidan.
“Sebelum dilakukan transformasi oleh Distanper, pengembangannya masih terpencar masing-masing, padahal pasarnya begitu besar. Namun kami kelola, akhirnya produktivitas kelapa terus mengalami kenaikan,” ungkapnya.
Pada tahun 2017, perkembangan produksi komoditas kelapa mencapai 43.046 ton, pada tahun 2018 mencapai 43.815 ton, 2019 mencapai 43.097 ton dan pada tahun 2020 sebanyak 46.619 ton.
Selanjutnya komoditas kopi Banten yang tak kalah hebat dengan kopi dari daerah lain. Ada beberapa area tanam kopi di Banten yang menghasilakan biji kopi yang sangat baik seperti di gunung karang, pulosari dan wilayah selatan Lebak
Distanper membantu biaya transpomasi rekayasa teknologi terkait budidaya melalui APBD provinsi dan dukungan APBN. Rekayasa teknologi pemangkasan tunas pucuk, pemangkasan pohon tua dan perbanyak tanaman.
Lalu penerapan teknologi di masa panen dan pengupasan mesin Solar Dryer sebagai pengering biji kopi mampu mendongkrak harga dua kali lipat dibandingkan cara konvensional, yang tadinya Rp20 ribu perkilo menjadi Rp40 ribu perkilo.
“Ditambah dengan merebaknya pasar dan banyaknya kedai kopi yang mulai menjamur di Banten padan khususnya membuat komoditas ini sangat potensial,” katanya.
Dalam komoditas holtikultura, pisang Kafenis menjadi sangat melesat pada masa pandemi Covid-19 sebagai penambah imun.
Distanper terus mendoronga dengan melakukan register perkebunan dan penataannya, bagaimana perkebunan itu sebelum ditanam pisang yang tidak boleh tercemar oleh bahan kimiawi.
“Dan ternyata permintaan pisang itu sangat tinggi sekali dan nilai ekonomis nya juga sangat luar biasa,” katanya.
Dalam sektor peternakan ada daging putih atau unggas dan daging merah yakni kambing, domba, kerbau dan sapi yang menjadi unggulan Provinsi Banten.
Untuk unggas, Distanper fokus pada peternak mandiri yang jumlahnya 10 persen, dengan menggunakan pakan dari jagung yang di produksi sendiri akan memperkuat anomali harga yang terkadang ditentukan oleh peternak nonton mandiri
Banten juga merupakan sentral peternakan kerbau terbaik di tingkat nasional. Untuk menjaga populasi yang menurun cukup tajam dalam 10 tahun terakhir, Distanper menjaga agar bibit unggul kerbau Banten tidak keluar ke daerah lain, termasuk juga pelarangan pemotongan betina produktif serta upaya memperbanyak kerbau dan sapi itu melalui insaminasi buatan.
“Alhamdulillah sekarang kondisinya sudah mulai diubah cukup baik sekali. Ini kalau tidak kami atasi mungkin kerbau Banten hanya tinggal cerita saja, karena Banten mempunyai kerbau eksotik yakni kerbau gerem yang terbaik tingkat nasional,” ucapnya.
Untuk menjaga agar semua itu terus terjaga dan meningkat, Distanper menyiapkan sarana prasarana sarananya berupa pipanisasi irigasi dan revitalisasi bendungan untuk menjamin ketersediaan air.
Hasilnya terlihat nyata di wilayah pesawahan Kecamatan Cimanuk dan Kupahanda, Kabupaten Pandeglang yang awalnya hanya panen sekali dalam setahun kini bisa dua sampai tiga kali.
“Untuk menjaga dari kerugian yang dialami oleh petani dan peternak di Banten, kami juga mempunyai program asuransi yang disubsidi oleh pemerintah yang bisa diikuti oleh seluruh petani dan peternak di Banten,” katanya.
Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Banten. Agus berharap perkembangan virus Covid-19 bisa segera selesai, sehingga perkembangan pertanian dan peternakan di Banten dan nasional bisa lebih baik.
“Terlebih kita sudah memiliki akses tol Serang-Panimbang yang dapat menjadi akses bagi masyarakat di Banten Selatan untuk kelancaran produktivitas sector pertaniannya,” tutupnya.(loet)