Nenek Sumi Tinggal Bersama Anaknya Yang Lumpuh di Rumah Nyaris Ambruk

oleh -258 Dilihat
oleh

Serang, –  Jangankan menikmati opor ayam dan ketupat saat Idul Fitri, untuk makan sehari-hari saja Nenek Sumi (83) dan putra bungsunya, Darwis (40) harus menunggu uluran tangan dari tetangga, saudara ataupun dermawan.

Mereka tinggal disebuah rumah yang atapnya sudah ambruk dan temboknya bolong di Kampung Cinayong, RT 05 RW 01, Desa Malanggah, Kecamatan Tunjung Teja, Kabupaten Serang, Banten.

Jika hujan turun, nenek dan anaknya harus mencari bagian rumah yang tak bocor untuk berteduh. Nahasnya, sang anak tidak bisa bekerja karena kaki kirinya lumpuh akibat di gigit ular tanah. Sehingga tidak bisa membantu untuk mencari nafkah atapun sekadar makan. Keduanya, hanya menunggu uluran tangan dari tetangga dan saudara.

Baca Juga:  Pembangunan Puspemkab Serang Mangkrak 10 Tahun

Kaki kirinya di gigit ular tanah satu tahun lalu, saat berkebun. Akibat tidak ada biaya, di obati ala kadarnya. Beruntung Darwin tidak sampai meninggal. Namun kini, kaki nya menghitam, untuk berjalan harus menggunakan penopang dari kayu yang dia buat sendiri.

“Kalau makan seketemu aja, ada yang ngasih aja dari tetangga. Segala baskom untuk menampung air hujan (atap bocor). Berdua aja tidur disini,” kata Nenek Sumi, ditemui dikediamannya, Rabu (27/5).

Baca Juga:  Diskominfosatik Kabupaten Serang Minta OPD Maksimalkan Website dan Medsos

Suaminya sudah lama meninggal dunia. Rumah yang mereka tempati milik anak pertama Nenek Sumi, yang memilih bekerja merantau ke Angke, Jembatan Tiga, Jakarta.

Sang nenek tidur di dapur rumah, bersama asap tungku. Karena tidak memiliki kompor gas, nenek Sumi masak menggunakan kayu bakar. Namun, kamar mandinya yang terpisah dari dapur, tidak memiliki atap, pintu dan bak mandi.

Untuk sampai ke rumahnya, jangan berharap akses jalannya beraspal ataupun betonisasi, yang ada hanya tanah dan kerikil.

Baca Juga:  Bupati Serang Resmikan Wisata Bumi Tirtayasa

“Udah lama (rumah) ambruk. Sudah ada satu tahun mah soalnya dari lebaran tahun lalu,” katanya.

Meski pendengarannya sudah tak lagi bagus, jalannya membungkuk, sang nenek dan anak bungsunya itu tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah, seperti Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu), Program Keluarga Harapan (PKH) hingga Bansos Tunai (BST) ditengah pandemik COVID-19 ini.

“Bantuan enggak dapat, enggak ada pokoknya mah, (enggak) tahu yang lain mah kalau kita mah enggak pernah (dapat),” katanya.(anwar/teguh)