SERANG, PILARBANTEN.COM – Kinerja keuangan Bank Banten terus menunjukkan tren performa yang impresif hingga akhir Juni 2025. Menurut Direktur Utama Bank Banten, Muhammad Busthami, total aset Perseroan mencapai Rp8,5 triliun.
“Total aset Bank Banten per Juni 2025 mencapai Rp8,5 triliun, naik sebesar Rp1,4 triliun atau 19,66 persen dari total aset per Juni 2024 yang tercatat sebesar Rp7,12 triliun,” jelas Busthami dikutip pada Senin (11/08/25).
Selain aset, peningkatan juga terlihat pada sisi intermediasi. Penyaluran kredit per Juni 2025 mencapai Rp4,16 triliun, meningkat 14,60 persen secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp3,63 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Dana Pihak Ketiga (DPK) juga melonjak lebih dari Rp1,25 triliun, dari Rp4,64 triliun menjadi Rp5,89 triliun,” ujar Busthami.
Peningkatan ini berdampak positif pada pendapatan dan laba bersih. Pendapatan bunga bersih naik dari Rp84 miliar menjadi Rp97,8 miliar di akhir Juni 2025.
“Laba bersih setelah pajak perseroan melambung 81,84 persen, dari Rp3,46 miliar pada Juni 2024 menjadi Rp6,3 miliar pada Juni 2025,” tambahnya.
Busthami menjelaskan bahwa pencapaian ini merupakan hasil kerja keras dan kontribusi berkelanjutan dari seluruh jajaran Dewan Komisaris, Direksi, serta seluruh karyawan Bank Banten. Peningkatan rasio keuangan yang semakin membaik di triwulan II 2025 menjadi bukti nyata dari penguatan fundamental bank.
Sementara itu, Direktur Bisnis Bank Banten, Bambang Widayatmoko, menambahkan bahwa peningkatan skala bisnis menjadi faktor utama di balik pertumbuhan kinerja. Ia menyebut, aset bank tumbuh Rp1 triliun dari Desember 2024 hingga Juni 2025, didorong oleh pertumbuhan DPK sebesar hampir Rp600 miliar dan kredit yang disalurkan sebesar lebih dari Rp300 miliar.
“Peningkatan penyaluran kredit juga diimbangi dengan kualitas kredit yang semakin membaik. Peningkatan net interest income sebesar 14 persen murni berasal dari bisnis inti bank, yaitu penyaluran kredit yang aman dan prudent.”ujar Bambang.
Bambang menegaskan bahwa Bank Banten terus berupaya memenuhi Rencana Bisnis Bank (RBB). Ia juga menyoroti pentingnya Rekening Kas Umum Daerah (RKUD) dari Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menunjang pertumbuhan.
“Skala bisnis akan tumbuh lebih tinggi dan cepat jika RKUD sudah masuk,” jelas Bambang.
“Dengan pengelolaan RKUD, khususnya penggajian ASN, Bank Banten dapat melakukan take over kredit dari bank lain. Ini karena ASN yang gajinya dikelola oleh kami akan lebih fleksibel untuk mengajukan pinjaman tambahan, sehingga kreditnya dapat dikelola langsung oleh Bank Banten,” imbuhnya.
Hingga saat ini, Bank Banten secara bertahap melakukan take over kredit dengan nilai hampir Rp500 miliar. “Proses take over ini bukan hal baru, tapi volumenya akan semakin besar seiring masuknya RKUD,” tandasnya.
Terkait RKUD Busthami menambahkan perseroan memang mengharapkan pengelolaan RKUD Kabupaten / Kota di Bank Banten. Tapi sebelum semua Pemda mempercayakan RKUD-nya, Bank Banten juga terus mencari peluang bisnis yang ada dengan mengedepankan pelayanan optimal.(Al)